WHO Menyoroti Masalah Limbah COVID-19: Ancaman bagi Kesehatan dan Lingkungan
WHO Menyoroti Masalah Limbah COVID-19

Ahmad Ramadhan 🕔16:54:57, 09 Jul 2024
Internasional

WHO Menyoroti Masalah Limbah COVID-19

Keterangan Gambar : Ilustrasi gambar penanganan limbah covid 19


Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyoroti masalah limbah COVID-19 yang semakin memburuk, termasuk jarum suntik bekas, alat uji bekas, hingga botol vaksin bekas. Limbah ini telah menumpuk di berbagai negara dunia, dengan berat mencapai puluhan ribu ton.

"Ini mengancam kesehatan manusia dan lingkungan," kata Petugas Teknis WHO, Maggie Montgomery, dikutip dari Reuters, Rabu (2/2). "Kami menemukan COVID-19 telah meningkatkan beban limbah perawatan kesehatan di fasilitas hingga 10 kali lipat,” tambah dia.

WHO menuturkan bahwa risiko terbesar bagi masyarakat akibat limbah COVID-19 adalah polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran limbah pada suhu yang tidak sesuai standar. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan.

Baca Juga:

Dampak Limbah COVID-19 terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Polusi Udara dan Kesehatan Manusia

Pembakaran limbah medis COVID-19 yang tidak sesuai standar dapat menghasilkan polusi udara yang berbahaya. Polusi ini tidak hanya berdampak pada kualitas udara tetapi juga pada kesehatan masyarakat.

Pelepasan karsinogen dari pembakaran limbah dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, termasuk kanker. Oleh karena itu, penanganan limbah medis yang aman dan sesuai standar sangat penting untuk mengurangi risiko ini.

Penumpukan Limbah di Fasilitas Kesehatan

Menurut WHO, pandemi COVID-19 telah menyebabkan peningkatan beban limbah perawatan kesehatan di fasilitas hingga 10 kali lipat.

Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber infeksi dan kontaminasi, menambah beban pada sistem kesehatan yang sudah tertekan. Ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk reformasi dalam pengelolaan limbah medis.

Upaya WHO dalam Mengatasi Masalah Limbah COVID-19

Pengurangan Penggunaan Kemasan Plastik

WHO menyerukan adanya reformasi dan investasi untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik. Penggunaan plastik sekali pakai dalam peralatan pelindung diri (APD) dan alat medis lainnya selama pandemi telah menyumbang signifikan terhadap penumpukan limbah.

Mengurangi penggunaan plastik dan beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan dapat membantu mengatasi masalah ini.

Mungkin Tertarik:

Penggunaan APD yang Dapat Digunakan Kembali

Salah satu langkah yang diusulkan WHO adalah penggunaan APD yang dapat digunakan kembali dan dapat didaur ulang. Ini tidak hanya akan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan tetapi juga mengurangi biaya yang terkait dengan pembelian APD sekali pakai.

WHO memperkirakan ada sekitar 87.000 ton APD, setara dengan berat beberapa ratus paus biru, telah dipesan melalui portal PBB hingga November 2021. Sebagian besar APD ini berakhir menjadi limbah.

Dampak Alat Uji dan Vaksinasi terhadap Limbah COVID-19

Limbah dari Alat Uji COVID-19

Selain APD, ada sekitar 140 juta bekas alat uji COVID-19 yang berpotensi menghasilkan 2.600 ton sampah plastik dan limbah kimia.

Alat uji yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan yang tepat terhadap limbah alat uji sangat penting.

Limbah dari Program Vaksinasi

Program vaksinasi global juga menghasilkan sejumlah besar limbah. WHO memperkirakan ada 8 miliar dosis vaksin yang sudah dipakai di seluruh dunia yang bisa menghasilkan 144.000 ton limbah dalam bentuk botol kaca, jarum suntik, jarum, dan kotak pengaman. Limbah ini perlu dikelola dengan baik untuk menghindari risiko infeksi dan kontaminasi.

Kesalahpahaman dalam Penggunaan APD

Montgomery menyoroti bahwa terlalu banyak kesalahan persepsi seputar penanganan COVID-19, terutama dalam penggunaan berlebihan APD dan sarung tangan. "Kita semua pernah melihat foto pakaian bulan, kita semua pernah melihat foto orang yang divaksinasi dengan sarung tangan," kata Montgomery. "Tentu saja secara keseluruhan orang-orang memakai APD yang berlebihan," tambahnya.

Seruan untuk Aksi Global

WHO tidak merinci di negara mana yang paling banyak membuang limbah COVID-19. Namun, mereka mendesak agar masalah ini harus dijadikan perhatian bersama dan diatasi agar tidak memicu masalah baru.

Kerja sama internasional dan investasi dalam teknologi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

Jangan Lewatkan:


Pilihan Editor

Jasa Backlink Murah

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.